BILA sebelum ini, mantan Bendahara Partai Demokrat Mohammad Nazaruddin, melontarkan cerita-ceritanya melalui Black Berry Messenger (BBM), maka pekan ini ia meningkat memberikan ‘testimoni’ melalui wawancara telepon dengan sejumlah stasiun televisi Indonesia. Suaranya terdengar jelas, tak disangsikan lagi bahwa memang ia yang berbicara, bukan orang lain. Lebih ‘terbuktikan’ daripada sekedar melalui komunikasi BBM. Dan seorang ahli psikologi forensik memberikan penilaian –berdasarkan antara lain analisa tekanan suara pada bagian tertentu, misalnya saat menyebutkan nama– yang pada intinya adalah bahwa sebagian besar penyampaian Nazaruddin bukanlah pengungkapan yang artifisial, sehingga cukup bisa dipertimbangkan sebagai bahan informasi untuk mencari kebenaran.
Adalah keliru, bila kita yang berada di luar lingkaran kepentingan Partai Demokrat, untuk ikut meremehkan atau ‘mengecilkan’ isi pengungkapan-pengungkapan Nazaruddin tentang sepak terjang sejumlah tokoh dalam mempermainkan uang negara dan menggunakannya untuk kepentingan politik uang di dalam dan di luar partainya. Sebagai warganegara kita berkepentingan negara ini bersih dari segala perilaku menyimpang penyelenggara negara maupun partai pendukungnya. Sebelum Nazaruddin mengungkapkan cerita-ceritanya pun pola permainan yang dibeberkannya bukan cerita asing bagi publik. Tiupan peluit Nazaruddin yang kini ramai-ramai dipojokkan oleh ‘bekas’ teman-teman separtai dan sepermainan, hanyalah mengkonfirmasi apa yang sudah diduga bahkan diketahui publik.
Dugaan-dugaan tentang adanya yang tidak beres di belakang keberhasilan Partai Demokrat mendongkrak suaranya hampir tiga kali lipat dari satu pemilu ke pemilu lainnya, sudah ada di kepala kita semua. Kita sama-sama menyaksikan adanya manipulasi-manipulasi DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang menguntungkan partai tertentu. Kita juga telah mencermati ‘bahasa tubuh’ sejumlah petinggi KPU, yang antara lain sangat cenderung mendekat-dekatkan diri kepada Presiden SBY. Kita juga sama-sama mengetahui, bahwa beberapa tokoh KPU, yakni Anas Urbaningrum dan kemudian Andi Nurpati direkrut menjadi petinggi Partai Demokrat melalui jalan bebas hambatan seakan balas jasa.
Begitu pula, kemenangan SBY dalam Pemilihan Presiden 2009, yang 60,8 persen, terlalu bagus untuk menjadi suatu kenyataan dalam satu sistem multi partai. Kemenangan tinggi dalam satu putaran itu bahkan seakan sudah dipastikan sebelum pemilihan umum itu sendiri berlangsung. Semua orang juga tahu tentang begitu banyaknya kecurangan dilakukan oleh berbagai pihak, tak terkecuali kubu sang pemenang, tetapi semua itu tak bisa diapa-apakan karena peraturan yang ada memang hanya menyediakan waktu yang sangat terbatas untuk pengajuan keberatan. Dan begitu tenggat waktu habis, habis pula kesempatan formal menurut undang-undang untuk menggugat kebenaran hasil pemilihan umum. Adanya sinyalemen tentang kecurangan dan atau manipulasi angka hasil pemilu hanya menjadi catatan yang tak berarti apa-apa lagi, hangus. Kecuali bila dilanjutkan sebagai gugatan moral demi kebenaran. Tapi moral, keadilan dan kebenaran kan sudah lama sekarat di negeri bernama Indonesia ini? Sekarang, ketiganya sedang terbaring lemah di pembaringan dalam bangsal unit gawat darurat.
DALAM wawancara teleponnya yang terbaru dengan beberapa stasiun televisi dan media cetak, Nazaruddin mengungkapkan bahwa Kongres Partai Demokrat di Kota Baru Parahyangan Bandung yang lalu bergelimang money politic. Calon Ketua Umum Anas Urbaningrum berhasil menyawer dana dari mana-mana yang jumlahnya mencapai hampir US$ 20 juta. Menjelang Kongres, dengan sebuah mobil box, sekitar 50 miliar rupiah dibawa dari Jakarta dan disimpan di salah satu kamar Hotel Aston, untuk persediaan menopang keperluan memenangkan Anas Urbaningrum. Cerita ini menarik, karena pada saat kongres itu berlangsung beberapa sumber lain bercerita tentang besarnya akumulasi uang yang menumpuk dan beredar di sekitar arena pemilihan. Bukan hanya kubu Anas yang menyediakan dana besar, melainkan setiap kubu pada dasarnya melakukan persiapan serupa. Bahwa ada dana yang dibawa ke Bandung saat itu, terkonfirmasi pula melalui keterangan seorang staf Nazaruddin yang mengakui membawa uang dalam jumlah besar dari Jakarta.
Apa yang terjadi di Partai Demokrat ini, mengingatkan kita pada cerita yang sama, tentang beredarnya dana besar dalam Munas Golkar di Pakanbaru yang menghasilkan Ketua Umum Aburizal Bakrie. Hal yang sama, lima tahun sebelumnya, dalam Munas Golkar di Nusa Dua Bali, saat Jusuf Kalla memenangkan kursi Ketua Umum Golkar. Dua peristiwa dengan dua partai berbeda, telah saling mengkonfirmasi mengenai telah terjadinya politik uang dalam kehidupan kepartaian di Indonesia.
MELALUI wawancara telepon itu, Nazaruddin juga melontarkan tuduhan tentang tidak bersihnya KPK dari ‘para maling’. Ia menyebut nama Chandra Hamzah, yang pernah juga dituduh dalam kasus suap terkait perkara Anggoro dan Anggodo Wijaya. Nazaruddin mengatakan Chandra Hamzah melakukan deal dengan Anas Urbaningrum, akan didukung untuk menjadi pimpinan KPK lagi (bersama Ade Rahardja) dengan syarat KPK tidak mengutik-utik Anas dan Angelina Sondakh dalam rentetan kasus yang mencuat belakangan ini. Nazaruddin mengaku punya bukti rekaman CCTV yang bisa membuktikan adanya pertemuan itu. Reaksi beberapa pimpinan KPK terhadap tudingan Nazaruddin, tidak cukup positif sekali ini. Ada kecenderungan mekanisme defensif para pimpinan KPK ini lebih mengedepan, sehingga memerlukan untuk menyerang balik bahwa Nazaruddin tak bisa dipercaya. Bagaimana kalau tudingan Nazaruddin kali ini ada benarnya? Kenapa KPK tak memilih saja untuk segera melakukan penyelidikan ke dalam dirinya? Apapun hasilnya, tetap saja baik bagi KPK. Kalau ada yang kotor, KPK bisa membersihkan diri dan layak tetap dipercaya. Kalau tak terbukti, orang akan semakin yakin terhadap kebersihan KPK, sehingga memilih akan selalu menempatkan diri bersama KPK setiap kali ada upaya memojokkan KPK.
Publik pasti lebih percaya kepada KPK. Tapi itu tak harus membuat kita menganggap KPK itu terdiri dari para malaikat yang tak pernah salah. Jadi kita semua harus lebih tanggap setiap kali ada tudingan tentang ketidakbersihan KPK. Kita harus segera mencari tahu dan dibuat tahu bahwa tudingan itu benar atau tidak. Barangkali begitu cara kita semua untuk menjaga lembaga yang menjadi harapan sisa dalam pemberantasan korupsi. Adalah sangat dangkal ucapan salah seorang pimpinan KPK yang mengatakan tak ada gunanya untuk menanggapi nyanyian ‘kosong’. KPK jangan mengikuti jalan pikiran penjaga malam yang malas. Saat ada anjing menggonggong atau angsa menguik gaduh di tengah malam, yang mungkin saja karena ada maling sedang menyelinap, sang penjaga malam malas memeriksa. Pagi-pagi baru ‘menyesal’ karena ternyata ada yang kemalingan.
KPK itu kini memiliki tim psikologi forensik yang punya metode dan kemampuan cukup prima dalam memeriksa saksi atau tersangka. KPK memiliki bukan hanya wewenang yang super, penyadapan dan sebagainya, tetapi juga sejumlah kelengkapan lain yang di atas rata-rata dibandingkan lembaga penegakan hukum lainnya. Dan yang terpenting di atas segalanya, ia mendapat dukungan kuat dan kepercayaan yang masih begitu besarnya dari sebagian terbesar masyarakat. Sepantasnya KPK mulai bergerak. Nazaruddin meniupkan asap, cari apinya. Rambah saja, dan tak usah membebani diri dengan pikiran-pikiran berbau politik.
Entah bagaimana caranya, KPK harus yang lebih dulu menemukan Nazaruddin. Bila Nazaruddin jatuh ke tangan yang salah, di luar KPK, sudah bisa diramalkan bagaimana akhir dari cerita. Bukankah kita sudah punya pengalaman pahit dengan sejumlah whistler blower atau setidaknya orang-orang yang bisa sekaligus menjadi whistle blower, seperti Antasari Azhar, Susno Duadji dan Gayus Tambunan, bahkan juga Anggodo Wijaya, yang semuanya jatuh ke tangan yang salah? Semestinya mereka bisa digiring membantu pengungkapan sejumlah kasus besar lainnya di tubuh kekuasaan, tetapi kini berhasil terbungkamkan. Banyak cerita gelap lalu bisa menjadi gelap selamanya.
Nazaruddin harus dilindungi. Dia pahlawan besar harapan satu-satunya yang kali ini akan berani meniupkan pluit dan trompet membongkar berbagai kejahatan sistemik dan sistematis hampir semua birokrasi negeri ini. Semoga ia tak dimatikan seperti Munir dan lainnya. Maju terus Nazaruddin ! Kita harus pintar melihat dan sadar dan mulai bergerak dan jangan berharap pada pemerintah/ SBY sebab dia punya agenda sendiri, ujar Johson Panjaitan dengan tepat dan pintar melihat realitas.
Domba-domba tolol, keledai-keledai dungu. Dibodohi hingga hari akhir. Oleh penguasa pemain sandiwara, penerus pola-pola lama. Berbulu lebih halus, inti sama: Rakyat tak kebagian apa-apa. Semua birokrasi korup. Pemimpin itu TST. Yang penting partai menang lagi nanti. Aman.
‘BPOM DAN KEMENKES DIBUBARKAN SAJA’
Rutinitas dan kinerja buruk BPOM terjadi setiap tahun dan terus berulang.
Kepemimpinan tak tegas dan tak jelas di tingkat institusi dan nasional merusak segalanya. Di sebuah radio swasta nasional Elshinta untuk kesekian kali dibahas kinerja BPOM. Di acara tengah malam hingga larut pagi itu muncul berbagai opini atau komentar banyak anggota masyarakat pecinta radio tersebut. Ada banyak yang memberikan apresiasi terhadap BPOM dan ada banyak pula yang memberikan saran-saran dan bahkan menyindir dan mencaci. Yang menyindir dan mencaci lebih banyak ketimbang yang memberi apresiasi. Apa maknanya?
Dari sangat banyak opini dan komentar tersebut terlihat bahwa sesungguhnya kinerja BPOM kurang efektif dan tidak banyak berubah. Setiap bulan Ramadhan tiap tahun, misalnya, BPOM mengadakan sidak ke berbagai pasar penjual makanan dan minuman dan ke supermarket-supermarket guna memeriksa kemungkinan adanya makanan dan minuman yang kadaluwarsa dan lainnya. Seperti tahun-tahun sebelumnya tentu saja ditemukan banyak makanan dan minuman kadaluwarsa atau makanan dan minuman terlarang karena mengandung bahan pengawet dan pewarna yang tak diperbolehkan. Ini terutama di pasar-pasar tradisional, pasarnya rakyat kelas bawah.
Orang-orang BPOM digaji besar oleh uang negara uang rakyat untuk menjalankan tugas penting mengontrol terhadap makanan dan minuman yang ada di pasaran. Namun dari banyak pendengar Elshinta yang memberikan komentar, kita bisa menemukan bahwa BPOM ternyata hanya melakukan rutinitas dan kienrjanya buruk. BPOM tidak membuat terobosan apapun dari tahun ke tahun dan tidak ada pembenahan sistemnya.
“BPOM hanya seremonial belaka, tiap tahun mereka [BPOM] turun ke pasar-pasar tapi tak ada ahsil, makanan dan minuman berpengawet ilegal tetap banyak,” ujar seorang pendengar. Beberapa pendengar yang lain mengomentari daging sapi di pasaran yang berformalin agar lebih tahan lama. “Kalau ke pasar-pasar pagi di jam-jam siang kita bisa menemukan penjual daging itu sedang melumuri dagingnya dengan larutan formalin lalu disimpan untuk dijual esok. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri,” ujarnya.
“Saya lihat sendiri bakso, tahu dan ikan direndam di air formalin. Kalau dibau terasa. Tahu dan ikan diformalin berbau kedelai, yang diformalin berbau formalin,” ujar pendengar lainnya.
Dari beberapa saksi mata atau pengakuan itu bisa ditarik kesimpulan-kesimpulan nyata. 1\ BPOM tidak menghasilkan efektivitas kinerja kontrolnya terhadap makanan dan minuman yang tidak sehat dan bahkan berbahaya bagi kesehatan, terbukti dengan terus beredarnya makanan dan minuman berpewarna dan berpengawet. 2\ BPOM bahkan menunjukkan kemunduran kinerja, terbukti dengan terus merajalelanya daging, bakso, tahu dan ikan berformalin di pasaran umum. 3\ Terus terjadi tindak pidana yang dilakukan banyak penjual tersebut, berarti BPOM hanya menjalankan rutinitas tanpa target kinerja yang jelas untuk dicapai, berarti kemungkinan BPOM tidak melaporkan temuan-temuannya kepada polisi. 4\ Polisi tidak melakukan tindak lanjut atas kemungkinan laporan temuan-temuan BPOM. Pelajaran sangat-sangat penting yang bisa diperoleh dari kebiadaban BPOM adalah sesungguhnya BPOM selalu berkinerja sangat buruk.
Dari radio rakyat Elshinta banyak orang marah terhadap kinerja sangat buruk BPOM. Mereka kebanyakan melihat bahwa BPOM tidak ada fungsinya dan tak ada manfaatnya publik dan masyarakat luas Indonesia. Mereka minta agar BPOM dibubarkan. “Untuk apa negara menggaji mereka kalau tidak mengawasi efektif,” ujar mereka.
CARA KORUPSI TAK LANGSUNG
Beberapa pendengar memberikan komentar dengan mengaitkan korupsi tak langsung BPOM dan Kemenkes baru-baru ini melalui peluncuran produk makanan bayi, sesudah kasus heboh makanan bayi yang disinyalir mengandung racun beberapa waktu sebelunya. Kata mereka, orang-orang di Kemenkes dan BPOM mulai membuat kesepakatan agar Menkes segera mengumumkan produk-produk makanan bayi yang diproduksi beberapa perusahaan tertentu aman dan sehat. Menurut mereka, uang dari perusahaan-perusahaan tersebut yang masuk ke kantong pejabat-pejabat Kemenkes dan BPOM mencapai ratusan juta dan miliaran. “Lihat rumah dan mobil pegawai-pegawai BPOM baru-baru dan bagus-bagus,” ujarnya. Melihat hal-hal tak beres tersebut, mereka juga menyarankan agar BPOM dan Kemenkes dibubarkan saja. (Rdp)